Ibu
Ibu…Sebuah kata yang menggetarkan hati siapa saja.
Singkat katanya, begitu luas maknanya. Sehingga apa saja yang dikenai
oleh kata ibu, maka akan menjadi lebih berharga, sepeti kota, bila dikenai kata
ibu maka akan menjadi kota yang istimewa yaitu ibu kota. jari, bila dikenai
kata ibu akan menjadi ibu jari. dan begitu juga seorang wanita, bila dianugrahi
menjadi seorang ibu oleh sang maha pencipta, maka harkat dan martabat wanita
tersebut langsung naik tiga peringkat, seperti yang disabdakan Rasulullah
Muhammad SAW :
"Dari
Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang
kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah,
kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi
wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian
siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang
tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’
Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi
wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim
no. 2548)
Kita sudah lihat dan rasakan sendiri, kelayakan
seorang ibu dinaikan derajatnya dari pada ayah karena memang ibu lah yang
mengandung, melahirkan, menyusui, dan bembesarkan kita.
Dulu, sewaktu belum menikah, sewaktu belum
merasakan bagaiman rasanya mengandung, bagaimana rasanya melahirkan , dan
merasakan bagaimana menyusui dan membesarkan anak, selaku anak tentu kita
harus berbakti dan berterimakasih kepada ibu atas pengorbanan dan jasa-jasa
nya, akan tetapi saat kita sebagai seorang wanita telah dianugrahi menjadi
seorang ibu yang mengandung, melahirkan, menyusui, dan membesarkan, maka
pemaknaan akan jasa- jasa dan pengorbanan seorng ibu, jauh, jauh lebih dalam.
Bagaimana lemah dan menderitanya seorang ibu saat
mengandung anaknya, badan lemah, tak nafsu makan, pusing, mual-mual, sesak
nafas, sakit pinggang, kram kaki, kram perut, belum lagi menyanggah berat perut
yang bertambah.
“…
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun…” (Qs.
Luqman : 14)
Selang waktu bulan maka,perasaan bahagia, bercampur
takut, dan cemas untuk menyongsong kelahiran sibuah hati. Sakit nya tak
terkatakan, malu harus dilawan saat aurat harus tersingkap,tenaga terkuras,
darah tertumph, keringat dan air mata bercucuran demi melahirkan buah hati
tercinta.
Belum selesai “penderitaan” menyusui merupakan proses yang panjang dan melelahkan
tak tau siang dan malam.
Lanjut saat proses membesarkan, di mana sang ibu
mendidik, mengajari, mengasuh, melayani anak-anaknya. jiwa, raga, kesehatan,
waktu. Materi, persaan, semuanya, ibu berikan dan korbankan untuk ananda
tercinta.
Tak cukup beribu bakti dan ucapan terima kasih yang
harus ku ucapkan kepada mu ibu, atas semua yang telah Engkau berikan dan engkau
korbankan untuk ku, anak mu.
Semoga Allah SWT yang maha melihat setiap
pengorbanan mu, mendengar tangis dan keluh kesah mu, membalas semua kebaikan
mu, pengorbanan mu Ibu. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar