Selasa, 31 Maret 2015

Jangan Marah Sayang...!!

Najma(4,5 th) putri ke dua ku memiliki watak koleris. Seperti koleris lainnya najma memiliki sifat yang pantang menyerah, semangat, cepat meluapkan emosi marahnya, berpikir logis. Bila najma menginginkan sesuatu seperti ingin jajan, ingin menonton, atau ingin mainan maka dia akan berusaha sekuat tenaga dan tidak menyerah dengan keinginannya. Bila keinginannya tidak dituruti maka dia sangat mudah marah dan mengamuk.
Pada hari itu, Najma sudah melahap beberpa judul kartun yang digemarinya di TV. saatnya stop karena terlalu lama menonton tidak baik bagi perkembangan emosi dan kesehatan matanya. Awalnya sudah dibilang baik-baik."sudah nontonnya ya nak", tapi tidak mempan. yang kedua" udah sayang, nanti matanya sakit" juga tidak mempan. lalu tampa banyak komentar lagi aku matikan TVnya. Seperti biasanya dia marah, nangis meraung-raung, ngamuk. Otak ku berputar bagaimana menenangkannya. Berbagai teori dari artikel yang pernah ku baca aku terapkan. Tetap tenang, lalu memeluknya. Tapi dia malah meronta-ronta dan melepaskan diri serta menjauh dari ku. ku coba teori kedua, meninggalkannya sampai emosi nya reda. Tapi seakan-akan dia punya energi yang begitu besar untuk menangis, mengamuk sambil terus dalam waktu yang lama sambil terus berguman agar keinginannya terkabulkan. Lalu timbullah ide dari ku, kupeluk dirinya, walaupun dia meronta-ronta ku ambil telapak tangannya lalu ku bawa kedadanya. Saat itu dia sedikit terdiam lalu ku katakan kepadanya" tuh dengarlah detak jantung dedek (kami biasa memanggilnya dedek Iim) kencang sekalikan detak nya kan". Dia pun semakin terdiam dan turut merasakan apa yang ku katakan padanya. mungkin dia juga merasa denyut jantungnya begitu kencang. tiba-tiba tangisannya berhenti lalu berguman "iya mi, jantung  dedek kencang, dukdukdukduk ya mi!' serunya menirukan detak jantungnya yang cepat. Lalu ku bawa telapak tangannya kedadaku agar dia merasakan detak jantung ku. "Bagaimana, bedakan detak jantung dedek dangan detak jantung umi? tanya ku. " Iya mi, jantung umi duuuk, duuuk, duuuk" jawabnya. Sambil memeluknya aku terangkan deh kalau jantung kita denyutnya akan semakin kencang detaknya, bila kita marah, dan karena dia masih balita maka ku pilih kata yang paling cepat dia pahami. " Dek, kalau dedek sering marah-marah, denyut jantungnya semakin kencang dan jantung dedek bisa "meledak" kata ku. Ternyata keteranganku dapat dia pahami. "Jadi kalu kita sering marah-marah, jantung kita bisa meledak ya mi" dedek  ndak mau jantung dedek meledak mi.dedek tak mau marah-marah lagi mi." katanya. Ku bawa telapak tangannya kedadanya mendengarkan lagi detak jantungnya." Sekarang bagai mana detak jantung dedek" tanya ku padanya."Duuuk,duuuk,duuu, sama dengan jantung umi" jawabnya sambil bergantian meletakan telapak tangannya kedada ku dan dadanya."Nah kalau dedek tak mau jantung nya "meledak" jangan suka marah-marah lagi yan nak! kataku.Samil tersenyum dia mengangguk dan bergelayut manja dipelukan ku.
Saat Abinya pulang dari kantor, dia langsung bercerita dan "menasehati " abinya." Abi jangan suka marah-marahnya, nanti jantungnya "meledak".  terheran-heran abinya bertanya dan dia ceritakan deh peristiwa tadi pagi. aku hanya tersenyum mendengarkannya bercerita kepada abinya.
Sekarang, Najma tidak pemarah lagi, setiap dia mau marah, aku berikan isyarat dengan membawa telapak tangan ke dada. dan dia pun mengerti bahwa itu isyarat untuk mendengar detak jantung yang semakin cepat dan bisa "meledak", maka dia mulai mengatur emosinya dan tidak begitu marah dan begitu cepat bisa dikendalikan. dan itu juga berlaku untuk kakak dan adiknya.  oh ya, juga berlaku untuk aku dan abinya, bila melihat aku atau abinya akan marah, maka mereka akan meletakkan telapak tangan di dada sambil berujar|" jangan marah mi, nanti jantung ummi "meledak"!!!!.
"Terimakasih ya sayang sudah ingatkan Ummi. aku berterimakasih kepada mereka, putri-putri kecilku yang seperti bunga dan bidadari lucu bagi ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar